Bookmark and Share

Tuesday, May 11, 2010

Cinta dan Benci Sekedarnya Saja

“Cintailah apa yang kamu cintai sekedarnya saja, boleh jadi apa yang kamu cintai itu menjadi sesuatu yang paling kamu benci pada suatu hari nanti. Bencilah Sesuatu yang yang kamu benci sekedarnya saja, boleh jadi ia akan menjadi sesuatu yang paling kamu sukai pada suatu hari nanti.”(HR. Tirmidzi)


Hadits ini menganjurkan kita sedang-sedang saja dalam menyikapi permasalahan hidup. Dan hadits ini mengandung larangan kepada kita untuk berlebih-lebihan dalam setiap perkara. Karena Rasulullah saw mengetahui betul bahwa hati manusia selalu berbolak-balik. Sekarang cinta, besok lupa. Kemarin benci, sekarang rindu ingin ketemu. Dan karena, cinta yang berlebih-lebihan, jika cintanya tidak kesampaian, maka ia akan menemui kekecewaan. Berlebih-lebihan termasuk perbuatan yang dilarang, karena ia merupakan perbuatan setan.
Mengapa hati turus berubah-ubah? Sebab, hati merupakan muara dari segala tujuan. Jika sesuatu A mengenai hati dan berpengaruh kepadanya, maka dari arah lain ada pula sesuatu B mengenai hati yang bertolak belakang dengan sesuatu A, hingga hati menjadi berubah. Demikian juga, saat setan turun ke hati dan mengajaknya untuk memperturutkan keinginan nafsu, maka malaikat akan turun ke hati untuk menghalau setan dari hati. Kalau setan menarik hati untuk berbuat buruk, maka malaikat menarik hati untuk berbuat kebaikan. Karena itu, suatu waktu terjadi perebutan antara setan dan malaikat untuk menguasai hati. Hati penuh dengan sifat-sifat keburukan, jika mengikuti bisikan setan dan memperturutkan bisikan itu. Hati penuh dengan sifat-sifat yang baik, jika hati mengikuti bimbingan malaikat dan merealisasikan dalam perbuatan. Karena itu, hati selalu berubah-ubah.
Meskipun hati selalu berubah, ada hal yang tidak boleh berubah, yaitu ketaatan kepada Allah dan keimanan kepada-Nya. Iman dan taqwa jangan sampai berubah-ubah, karena keduanya pilar kebahagiaan kita di dunia dan di akhirat kelak. Baik dan buruk, bahagia dan susah, pahala atau siksa, surga atau neraka bergantung pada keduanya. Saking begitu pentingnya, keduanya menjadi tolak ukur diterima atau ditolaknya amal perbuatan oleh Allah. Karena itu, Rasulullah saw selalu berdoa agar diberikan ketetapan hati untuk mentaati Allah.


source: jeenall.blogspot.com

No comments:

Post a Comment