Bookmark and Share

Saturday, January 2, 2010

Segala Sesuatu Berpasang-pasangan



Tidak ada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”, QS,34:3 

Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. QS,36:36 

Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan QS,43:12 

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. QS,51:49 

dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan, QS,78:8


Ketika Al Quran mengisyaratkan bahwa “segala sesuatu yaitu apa saja yang ada telah Allah ciptakan secara berpasang-pasangan”, maka pernyataan ini menegaskan bahwa yang berpasang-pasangan tidak hanya sebagian saja seperti hanya manusia yang berpasang-pasangan, melainkan semua yang ada di jagad ini saling berpasang-pasangan.

Menyatakan bahwa sebagian yang ada di bumi ini berpasang-pasangan adalah hal yang mudah. Anda sudah dapat memberikan contohnya,seperti ada pria dan wanita, ada ayam berjenis kelamin laki-laki dan yang berjenis kelamin perempuan. Tetapi dengan mengatakan bahwa segala sesuatunya berpasang-pasangan adalah masalah yang luar biasa serius karena pernyataan itu dinyatakan oleh seorang yang mengaku sebagai Nabi – Muhammad Saw – untuk dijadikan sebagai bukti pembenaran tentang apa saja yang diturunkan oleh Al Quran dan bertujuan jauh agar siapa saja cenderung untuk mentaati perintah-perintah Allah – Tuhannya Nabi Muhammad Saw dan Tuhannya semesta alam beserta seisinya.
Konsekuensi logisnya kalau memang pernyataan tersebut benar bahwa segala sesuatu berpasang-pasangan, maka penegasan Al Quran akan keberpasang-pasangan yang meliputi segala sesuatu ciptaan-Nya adalah merupakan salah satu keajaiban Al Quran lainnya di antara sekian banyak keajaiban Al Quran lainnya. Memang umat Muhammad Saw harus bersabar sampai beberapa puluh tahun untuk membuktikan kebenaran tersebut, tetapi pada akhirnya kesabaran membuahkan hasil.
Mungkin anda pernah bermain magnet. Magnet adalah benda yang dapat menarik besi. Ia memiliki medan yang merupakan kekuatan penarik yang sering disebut sebagai medan magnet. Medan magnet tersebut ada yang negative dan positif.
Namun ada contoh lain lagi yang sedemikian hebat dalam membuktikan bahwa semua yang ada saling berpasang-pasangan. Dan mengapa dikatakan hebat ? Hebat, karena pembuktian adanya keberpasang-pasangan tersebut melibatkan penelitian terhadap materi sampai kepada ukuran yang luar biasa kecilnya sehingga pengamatan mata tidak dapat mengikutinya.
Dapatkah anda memecah sebuah batu yang kecil ? Tentu dapat ! Setelah batu kecil tersebut pecah menjadi beberapa bagian pecahan, cobalah lagi untuk memecahkan bagian-bagian pecahan tersebut menjadi beberapa bagian pecahan yang lebih kecil. Sampai disini mungkin anda sanggup memecahnya, dan pandangan mata anda masih dapat menangkap (melihat) bagian-bagian pecahan yang kecil-kecil tersebut. Namun dapatkah anda menjawab, apakah bagian-bagian yang telah sedemikian kecil dan halus tersebut masih dapat dipecah lagi, dipecah lagi dan terus dipecah lagi ? Dan seandainya bisa, dapatkah anda mengamati pecahan-pecahannya yang tentu telah sedemikian kecil ?
Kalau kita benar-benar memeriksa dengan pemeriksaan pancaindera jasmani seperti tangan atau pandangan mata terhadap peristiwa pemecahan materi batu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dari ukuran semula dan diulang secara terus menerus sejauh kesanggupan kita, tentu kita akan berpendapat bahwa pecahan-pecahannya yang telah sedemikian kecil dan halus adalah juga dari jenis batu, bedanya adalah ukurannya yang lebih kecil dari ukuran semula.
Demikian pula kalau kita mendasarkan kesimpulan kepada pengamatan panca indera yang sangat sederhana daya pengamatannya, lalu kita mengamati kertas yang disobek menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan bagian-bagian kertas tersebut disobek lagi dan seterusnya dilakukan penyobekan terhadap bagian-bagian sobekan kertas tersebut dengan harapan dapat memperoleh bagian-bagian sobekan kertas yang sedemikian kecil, maka kita akan menyimpulkan bahwa yang paling kecil yang dapat diharapkan dari hasil penyobekan bagian-bagian kertas tersebut pastilah juga dari jenis kertas sebagaimana kertas di awal sebelum penyobekan, bedanya hanyalah pada ukurannya yang lebih kecil.
Demikian pula, apakah bagian yang terkecil dari suatu benda dari hasil pembagian dapat dibagi lagi ? Sejak masa dahulu sekitar abad ke-4 sebelum masehi, masalah seperti ini telah dipikirkan oleh seorang pemikir yaitu Democritus. Ia beserta banyak orang di masanya telah mencetuskan pemikiran bahwa suatu benda terdiri dari bagian terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi (bersifat tunggal) yang dinamakan atom. Konsekuensinya adalah atom tersebut tidak tersusun dari partikel yang lebih kecil lagi, melainkan atom tersebut justru dianggap yang paling kecil.
Lagi pula, tidak hanya kenyataan tersebut yang perlu diketahui, melainkan lama setelah wafatnya Democritus, Al Quran telah melakukan koreksi bahwa yang pernah dikatakan sebagai atom (zarrah – arab), sebenarnya bukan merupakan bagian benda yang paling kecil, tetapi masih ada yang lebih kecil lagi.
Namun setelah ditemukannya alat pendeteksi partikel serta sistim pengukuran partikel, dapat dibuktikan bahwa ternyata bagian terkecil yang dinamakan atom masih dapat terbagi lagi menjadi partikel yang lebih kecil dengan watak yang berbeda dari watak materi awalnya. Sebagai contoh kertas, ternyata bagian terkecil yang dapat dipantau oleh ilmuwan sekarang dari materi kertas tidak dapat dikatakan lagi sebagai kertas melainkan adalah merupakan materi sebagai partikel yang bermuatan listrik yaitu electron yang merupakan partikel penyusun atom. Elektron ini tidak hanya ditemukan di kertas sebagai partikel penyusun materi kertas, tetapi juga ditemukan di setiap materi yang ada. Sebenarnya ada lagi partikel penyusun materi selain electron yaitu proton yang bermuatan positif.
Anda harus mengetahui ukuran-ukuran dari partikel ini untuk meyakinkan betapa tidak mungkinnya di masa kehidupan Muhammad Saw sampai kepada wafatnya Muhammad Saw untuk mengetahui adanya partikel-partikel penyusun materi, apalagi mengetahui ukuran masing-masing partikel yang luar biasa kecilnya.
Sebelumnya perlu kita ketahui bahwa setiap materi terdiri dari molekul yang pernah dianggap sebagai bagian terkecil dari materi. Panjang satu molekul adalah satu per milyard centimeter (1/1.000.000.000 cm). Cobalah anda ambil penggaris dan lihatlah ukuran sebesar 1 cm, nah ukuran sebesar 1 cm tersebut dibagi menjadi 1.000.000.000 bagian. Bisa anda bayangkan kecilnya bagian tersebut, dan itulah ukuran dari molekul. Padahal molekul tersebut masih terdiri dari partikel penyusun yang lebih kecil lagi yang beberapa diantaranya adalah electron yang bermuatan negative dan proton yang bermuatan positive. Masa electron sebesar 9.107,10-28 gram, sedangkan proton memiliki masa 1840 X (kali lipat) dari masa electron.
Bahkan tidak hanya itu, dengan ditemukannya tehnik untuk menembak partikel-partikel yang luar biasa kecilnya, telah terbukti bahwa electron tidak hanya ada yang bermuatan negative tetapi ada pula pasangan dari electron yang bermuatan positive, namanya adalah positron. Bisa anda bayangkan luar biasa kecilnya masing-masing dari partikel-partikel penyusun materi tersebut. Dapatkah mata anda mengikuti sampai kepada ukuran sekecil itu ? Pasti tidak dapat, dan demikian pula terhadap umat manusia di masa kehidupan Muhammad Saw ! Dan partikel sampai seukuran berapapun yang luar biasa kecilnya, ternyata memiliki muatan yang saling berpasangan (sebagaimana yang diisyaratkan terlebih dahulu oleh Al Quran), yaitu muatan negatif dan muatan positif.
Mungkin anda perlu bertanya, apakah di masa Rasulullah Muhammad Saw telah ada alat pemecah partikel ? Alat penumbuk mungkin ada atau pasti ada, tetapi sekali lagi, alat penumbuk partikel di masa Muhammad Saw ? Pasti tidak ada ! Hebat bukan ! Lalu bagaimana Al Quran dapat mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang sedemikian mendalam maknanya kalau bukan dari Allah – Tuhan semesta alam. Dan ini adalah satu lagi bukti keajaiban Al Quran, bahwa Al Quran memang benar dari Tuhan pencipta segala yang ada dan bukan dari ciptaan manusia dan juga membuktikan bahwa hanya kebenaranlah yang disampaikan oleh Al Quran.



No comments:

Post a Comment